January 20th, 2025

PTDI Mati-matian Dorong Offset MRO Jet Tempur Rafale Sampai KF-21 Boramae Agar Bisa Servis Mandiri Pesawat di Dalam Negeri

ZONAJAKARTA.com - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terus mendorong paket lengkap terkait pengadaan jet tempur Rafale dan KF-21 Boramae.

Indonesia tidak mau hanya sebagai pembeli, tapi menginginkan nilai lebih dari pembelian Rafale maupun KF-21 Boramae.

Salah satunya offset atau transfer teknologi terkait pelayanan perawatan atau MTO jet tempur.

PTDI inginkan offset MRO untuk Rafale dan KF-21 Boramae agar bisa merawat jet tempur itu secara mandiri.

Mulai dari Rafale, Dirut PTDI Gita Amperiawan mendorong keterlibatan pihaknya atas pengadaan jet tempur itu.

Gita menginginkan PTDI terlibat dalam produksi komponen jet tempur Rafale.

“Dirut PTDI Gita Amperiawan saat Media Gathering menyatakan PTDI berharap bisa menjadi bagian dari rantai pasok global atau global supply chain dalam memproduksi komponen pesawat tempur Rafale”, tulis Kemhan RI di Instagram (13/10/24).

Upaya ini sesuai dengan arahan Presiden RI ke-7 Jokowi maupun arahan Menhan Prabowo Subianto memastikan adanya offset atau transfer teknologi dari setiap pengadaan alutsista.

Tidak hanya menjadi produsen komponen, PTDI juga ingin mengembangkan kemampuan MRO jet tempur.

Tidak hanya menjadi bagian dari rantai pasok global, PTDI juga berpeluang mengembangkan kemampuan perawatan atau Maintance, Repair dan Operation (MRO) pesawat tempur”, pungkas Kemhan RI.

Sebelumnya, PTDI juga sudah mengusulkan proposal guna keterlibatan Indonesia atas pengadaan Rafale.

PTDI mengusulkan adanya engineering work package (EWP) dalam kerja sama offset pengadaan alutsista buatan asing termasuk jet tempur Rafale.

“Di luar offset yang menjadi standar Kemhan RI, kami usulkan satu proposal yang bernama engineering work package atau EWP”, kata Dirut PTDI, Gita Amperiawan, dikutip Antara (1/7/24) dalam artikel “PT DI usul engineering work package dalam offset pengadaan Rafale”.

EWP adalah satu offset yang kami tawarkan adalah kemampuan brain daripada engineer (teknisi) untuk menyelesaikan masalah dari aspek engineering, analisis, drawing dan sebagainya.

Selain Rafale, jet tempur KF-21 Boramae yang dibangun bersama Korea Selatan juga tak lepas dari kesepakatan offset.

Dalam offset itu, PTDI mendorong keterlibatannya dalam banyak hal termasuk MRO KF-21 Boramae.

“PTDI membidik untuk terlibat dalam perakitan akhir, uji terbang, sertifikasi, kemudian pemeliharaan dan perbaikan (MRO) jet tempur KF-21 Boramae hasil kerja sama RI-Korea Selatan (KFX/IFX) manakala prototipe pesawat itu masuk tahap produksi massal”, tulis Antara (27/9/24) dalam artikel “PT DI bidik perakitan akhir, MRO, uji terbang dan sertifikasi KF-21”.

Dirut PTDI, Gita menjelaskan pihaknya sedang mati-matian untuk berjuang masuk dalam rantai produksi pesawat hasil kerja sama RI-Korsel tersebut.

Oleh karena itu, Gita juga menyampaikan salah satu fokus PTDI adalah mempersiapkan kemampuannya untuk ikut terlibat dalam produksi massal KF-21 Boramae.

“Harus ada keseriusan ke depan kita punya kemampuan di bidang produksi fighter (pesawat tempur). Jadi, apapun programnya di berbagai macam offset, tujuannya cuma satu, bagaimana PT DI mampu ke depannya membangun fighter”, katanya.

PTDI juga dorong offset MRO untuk jet tempur KF-21 Boramae

PTDI juga dorong offset MRO untuk jet tempur KF-21 Boramae

Sebagai pengingat, Indonesia adalah mitra satu-satunya Korea Selatan pengembangkan KF-21 Boramae.

Indonesia keluar uang triliunan Rupiah agar mega proyek itu berhasil.

Karena keluar uang, PTDI menuntut pemerintah untuk mengambil “keuntungan” dari proyek bersama Korea Selatan itu.

Salah satunya offset yang saat ini didorong oleh PTDI, agar Indonesia mendapat ilmu yang berkaitan dengan jet tempur.

“Ada beberapa offset yang akan didapat dari kerja sama pengembangan KF-21 Boramae, yaitu kemampuan produksi bagaimana mendesain, membangun pesawat tempur, membuat beberapa komponen meliputi sayap, ekor, beberapa bagian body belakang pesawat, dan beberapa pylon/adapter untuk persenjataan dan sensor, melakukan final assembly (perakitan akhir), uji terbang, dan re-sertifikasi”, kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan RI Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha (20/7/24).

Selain di atas, offset yang diincar Indonesia juga termasuk kemampuan operasi dan pemeliharaan, yang mencakup integrated logistics support, perawatan pesawat, pengembangan sistem latihan untuk pilot dan teknisi, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah (troubleshooting) saat operasional.

“Kemudian kemampuan modifikasi dan upgrading, yaitu melakukan desain integrasi dan re-sertifikasi unique requirement berupa drag chute, eksternal fuel tank, dan air-refueling, serta melakukan integrasi sistem persenjataan baru, avionik, sensor, dan elektronik”, tutup Edwin.

***

    Source: https://www.zonajakarta.com/nasional/67314367299/ptdi-mati-matian-dorong-offset-mro-jet-tempur-rafale-sampai-kf-21-boramae-agar-bisa-servis-mandiri-pesawat-di-dalam-negeri?page=3

    February 07th, 2025
    Perkuat Glorifikasi Informasi Industri Pertahanan, Defend ID Raker Komunikasi di PTDI

    February 07th, 2025
    Jadi Tuan Rumah Raker Komunikasi, PTDI Narasikan Glorifikasi Informasi

    February 04th, 2025
    Indonesia Punya Dua Pilihan Pesawat Generasi Kelima, Salah Satunya Bisa Dikembangkan di Bandung

    February 03rd, 2025
    PTDI Produsen CN235, NC212i & N219 Penetrasi Pasar MRO dan Penjualan Pesawat ke Amerika Latin Pakai Anak Perusahaannya IPTN North America

    February 03rd, 2025
    PTDI Inginkan Lisensi Produksi Rafale Beserta MRO di Indonesia, Mungkinkah Bisa Penuhi TKDN?

    February 03rd, 2025
    PTDI dan Anak Perusahaannya Matangkan Rencana Bisnis 2025

    Search News