January 20th, 2025
Layanan MRO Rafale di Indonesia Berpotensi Jadikan PTDI Sebagai Raksasa Dirgantara Dunia
ZONAJAKARTA.com - Perawatan, perbaikan, dan perombakan merupakan tiga hal penting yang harus menjadi perhatian utama Indonesia maupun negara lain ketika memiliki jet tempur.
Indonesia belakangan ini kembali mendapat tawaran untuk menggunakan layanan MRO Rafale di India demi menjaga performa pesawat pesanannya, namun di sisi lain pemerintah juga memiliki niat terpendam untuk membangunnya di negeri sendiri.
Pembangunan layanan MRO di Indonesia juga bermanfaat bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk menjadi rakasasa dirgantara dunia di masa mendatang.
Bukan tanpa alasan bagi India untuk menawarkan layanan MRO Rafale yang berada di negara tersebut kepada Indonesia.
Pasalnya New Delhi melihat Jakarta bukan hanya sebagai salah satu pengguna jet tempur buatan Dassault Aviation itu yang sangat diperhitungkan.
Tetapi juga ada peluang untuk mendapatkan cuan tambahan dari negeri ini yang terhitung sebagai salah satu pengguna baru.
"India secara aktif membranding dirinya sebagai pemain kunci di sektor perawatan, perbaikan, maupun perombakan (MRO) jet tempur Rafale ke Indonesia," tulis seorang jurnalis bernama Raghav Patel sebagaimana dikutip ZONAJAKARTA.com dalam pemberitaannya di laman defence.in edisi Kamis, 16 Januari 2025 yang berjudul "India Eyes Offering Rafale Maintenance, Repair, and Overhaul Services To Indonesia Following Jakarta's $8.1 Billion Fighter Jet Deal".
Bukan kali ini saja India menawarkan layanan MRO Rafale di negaranya kepada Indonesia.
Penawaran tersebut bahkan sudah dilakukan sejak pemerintah menyepakati kontrak pengadaan pesawat tersebut dengan pihak pabrikan sejak Februari 2022.
Bukan Hanya Incar Indonesia
Agresivitas India menawarkan layanan MRO Rafale yang dimiliki tak hanya ditujukan kepada Indonesia semata.
Tetapi juga menyasar sejumlah negara lainnya yang menggunakan pesawat serupa, terutama jika lokasinya berdekatan secara geografis.
Sebut saja Arab Saudi yang baru saja mencapai kesepakatan untuk pembelian sebanyak 54 unit pada kuartal ketiga tahun 2023.
Akan tetapi India harus mendapat tantangan berat di balik ambisinya untuk menawarkan layanan paling spesial untuk setiap negara pengguna Rafale ini.
Pasalnya Indonesia sebagai salah satu negara pengguna baru juga berniat untuk membangun layanan MRO Rafale di dalam negeri.
Ini ditandai dengan adanya usulan mengenai engineering work package (EWP) dalam kerja sama offset (imbal beli) pengadaan alutsista buatan asing yang diajukan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada pertengahan tahun 2024 lalu.
Usulan tersebut tak hanya untuk Rafale semata namun juga berbagai produk jet tempur lainnya seperti KF-21 Boramae yang sampai sekarang masih memiliki tanggungan terkait pembayarannya.
"Di luar offset yang menjadi standar Kemhan RI, kami usulkan satu proposal yang bernama engineering work package atau EWP," kata Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan dikutip dari laman Antaranews.com melalui artikel berjudul "PT DI usul engineering work package dalam offset pengadaan Rafale" yang dimuat pada 1 Juli 2024.
Di sisi lain, Indonesia sejak awal memang ingin terlibat langsung dalam proses produksi Rafale itu sendiri.
Hal serupa juga sudah dilakukan ketika pemerintah menyepakati kerja sama proyek pengadaan KF-21 Boramae di mana sejumlah insinyur dari PTDI dikirim ke Korea Aerospace Industries (KAI) untuk terlibat dalam proses pengembangan dan perakitan pesawat.
Untuk diketahui, Indonesia membeli 42 unit Rafale dengan nilai kontrak sebesar 8,1 miliar dolar AS.
Pemesanan enam unit pertama dilakukan pada September 2022, disusul delapan belas unit pada Agustus 2023 untuk tahap kedua dan delapan belas unit sisanya dituntaskan tepat 8 Januari 2024.
Artinya kini TNI AU hanya tinggal menunggu jet tempur yang bakal memperkuat mereka tiba di tanah air mulai tahun 2026 mendatang.
Artikel berita dengan judul "KSAU dan Menhan bahas rencana kedatangan pesawat tempur Rafale" yang dimuat oleh laman Antaranews.com pada Rabu, 8 Januari 2025 menyebut bahwa nantinya pesawat itu bakal ditugaskan di dua kota strategis yakni Pekanbaru dan Pontianak.
Penugasan Rafale di Pekanbaru bertujuan dalam rangka pengawasan dan pengamanan Selat Malaka.
Sedangkan penempatan di Pontianak tak lepas dari kepentingan untuk monitoring kawasan Laut Natuna Utara yang kaya akan sumber daya alam, di mana NKRI berhak atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang keberadaannya dilindungi oleh hukum internasional.
Sehingga penting untuk memastikan layanan MRO Rafale yang nantinya dioperasikan oleh Indonesia benar-benar memadai dan sesuai untuk kebutuhan operasional TNI AU.
Ingin Kuasai Supply Chain
Pendirian layanan MRO Rafale rupanya bukan satu-satunya benefit purna jual yang hendak diincar oleh Indonesia.
Lebih jauh lagi, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI juga sangat berharap agar PTDI turut serta menjadi bagian dari supply chain Rafale itu sendiri.
Apalagi potensi pasar di Asia Tenggara untuk jet tempur pesaing KF-21 Boramae ini juga tidak bisa dianggap remeh.
Sekalipun beberapa negara tetangga belum memberanikan diri untuk mengambil sikap serupa sebagaimana telah dilakukan oleh pemerintah negeri ini.
Yang artinya ini bisa membuka peluang bagi Malaysia, Singapura, Thailand, dan sekitarnya untuk membeli dengan mengurangi ongkos kirim karena adanya kedekatan geografis antara pengirim dan penerima barang.
"Dirut PTDI Gita Amperiawan saat Media Gathering di Bandung belum lama ini menyatakan, PTDI berharap bisa menjadi bagian dari rantai pasok global atau global supply chain dalam memproduksi komponen pesawat tempur Rafale," tulis Kemhan RI melalui akun Instagram @kemhanri pada 13 Oktober 2024.
Ambisi Jadi Raksasa Dirgantara Dunia
Keinginan Indonesia untuk mendirikan layanan MRO Rafale sekaligus menjadi bagian dari rantai pasok pesawat tersebut mengisyaratkan suatu tujuan besar.
Yakni ambisi PTDI yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat itu untuk menjadi raksasa dirgantara dunia di masa depan.
Belum lagi perusahaan yang merupakan anggota holding BUMN DEFEND ID ini juga terlibat dalam proyek KF-21 Boramae sejak awal menyepakati kerja sama proyek pengembangannya.
Ditambah pula track record keberhasilan mengekspor sejumlah pesawat yang sudah diproduksinya sendiri selama ini.
Seperti CN235-220 dan NC212i yang masing-masing telah diekspor ke Nigeria dan Filipina pada tahun 2024.
Serta tak ketinggalan juga mengenai pendirian kantor cabang Turkish Aerospace Industries (TAI) di Indonesia yang penempatannya berada dalam satu kompleks dengan PTDI, yang menjadikan negeri ini semakin banyak menyerap ilmu dari berbagai negara dengan jam terbang tinggi.
Sehingga pada akhirnya, Indonesia bakal jauh lebih mandiri dalam memproduksi berbagai produk jet tempur canggih kelas dunia.
Ini sejalan pula dengan cita-cita pemerintah yang menginginkan NKRI tidak hanya sekedar menjadi konsumen raksasa alutsista global.
Tetapi PTDI juga menjadi salah satu pemain kelas dunia yang sangat diperhitungkan sebagaimana yang sukses dicapai TAI setelah melaunching KAAN pada Februari 2024 lalu.
Source: https://www.zonajakarta.com/nasional/67314371342/layanan-mro-rafale-di-indonesia-berpotensi-jadikan-ptdi-sebagai-raksasa-dirgantara-dunia