July 02nd, 2025
Terbang Bersama Poseidon, CN235 Unjuk Gigi di Laut Nusantara
Bandung, BandungOke – Langit dan laut di wilayah perairan Indonesia kembali menjadi panggung unjuk kekuatan alutsista nasional.
Akhir Juni lalu, satu unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) milik TNI AL terbang berdampingan dengan Boeing P-8A Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat dalam Latihan Bersama (Latma) CARAT 2025.
Satu simbol persekutuan strategis. Tapi di balik itu, ini juga adalah etalase ketangguhan industri kedirgantaraan dalam negeri.
Pesawat CN235-220 MPA yang digunakan merupakan produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Di bawah kendali Skuadron Udara 800 Wing Udara 2 Puspenerbal, pesawat bermesin turboprop ganda ini mengambil bagian dalam misi Surveillance Exercise (SURVEX) secara terkoordinasi.
Ia melakukan pemantauan laut secara real-time, mendeteksi dan melaporkan pergerakan kapal target—semuanya dengan sistem misi yang dikembangkan sendiri di Tanah Air.
Bagi PTDI, keterlibatan CN235 dalam latihan militer gabungan dengan negara adidaya bukan sekadar prestise, tapi penegasan posisi. Bahwa Indonesia tak sekadar menjadi pasar, tapi juga mampu memproduksi platform ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) yang kredibel di mata dunia.
CN235 bukan lagi sekadar “produk dalam negeri”, tetapi mulai menjelma menjadi aset strategis dalam percaturan militer kawasan.
“Partisipasi ini menjadi momentum untuk memperkuat posisi CN235 di pasar global,” ujar Moh Arif Faisal, Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PTDI dikutip, Rabu (2/7/2025)
Pasar Global dan Perluasan Jejak Strategis
Sejauh ini, PTDI telah memproduksi 70 unit CN235 untuk pasar domestik dan internasional. Enam unit di antaranya dioperasikan oleh TNI AL untuk misi patroli maritim, sementara satu unit tambahan tengah dalam proses penyelesaian.
PTDI kini mengincar Afrika dan Amerika Latin sebagai destinasi ekspor selanjutnya—dua kawasan yang kerap menjadi medan geopolitik kompetitif antara kekuatan global.
Dalam peta strategi PTDI, CN235 adalah kuda hitam.
Pesawat ini menggabungkan efisiensi bahan bakar, kemampuan short take-off and landing (STOL), dan fitur unik seperti ramp-door lebar yang mempermudah misi taktis hingga evakuasi kemanusiaan.
Kabinnya bertekanan, avioniknya sudah full glass cockpit, dan sistem misinya bisa dimodifikasi cepat sesuai kebutuhan.
Dengan format multipurpose dan quick-change configuration, CN235 bisa disulap dari angkut personel ke logistik, dari VIP ke patroli maritim.
Bahkan untuk negara kepulauan seperti Indonesia—dengan 17 ribu pulau dan ancaman maritim yang kompleks—pesawat ini menjadi jawaban logis atas kebutuhan mobilitas dan pengawasan udara.
Industri Strategis yang Perlu Dukungan Nyata
Namun, keberhasilan ini tak bisa dibiarkan berjalan sendiri. PTDI memang punya produk, punya pasar, dan kini punya reputasi. Tapi industri pertahanan tak bisa tumbuh tanpa konsistensi ekosistem politik, anggaran, dan dukungan jangka panjang dari negara.
Dalam perspektif pertahanan, kehadiran CN235 dalam Latma CARAT 2025 juga menandakan kian seriusnya penguatan postur TNI AL di domain udara. Namun, jika tidak disertai dengan kebijakan pengadaan yang berpihak pada produk dalam negeri, capaian semacam ini hanya akan menjadi catatan kaki dalam sejarah industri pertahanan nasional.
Momentum CN235 yang terbang sejajar dengan Poseidon adalah narasi strategis. Tapi ujungnya tetap satu Indonesia serius membangun kemandirian teknologi pertahanannya sendiri
Source: https://bandungoke.com/2025/07/02/terbang-bersama-poseidon-cn235-unjuk-gigi-di-laut-nusantara/