February 04th, 2025

Indonesia Punya Dua Pilihan Pesawat Generasi Kelima, Salah Satunya Bisa Dikembangkan di Bandung

ZONAJAKARTA.COM - Bukan tak mungkin Indonesia bisa segera memiliki pesawat tempur generasi kelima.

Indonesia punya dua pilihan stratgis untuk memiliki pesawat tercanggih itu, yakni KAAN buatan Turki atau Su-75 buatan Rusia. Bahkan, untuk KAAN, ada kemungkinan kerja sama teknologi untuk sebagian dibangun di Bandung melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Tengang pesawat generasi kelima Su-75 Checkmate, Rusia lewat United Aircraft Corporation (UAC) menyatakan sudah siap memprodusksi scara masal. Pesawat ini memang diproduksi untuk kepentingan ekspor dengan harga terjangkau.

Su-75 Checkmate akan dijual dengan harga 30 sampai 35 juta dolar AS (sekitar Rp 475 miliar sampai Rap 554 miliar). Harga ini jelas sangat terjangkau oleh Indonesia dan sudah mendapatkan pesawat generasi kelima yang berteknologi siluman.

Bandingkan dengan harga pesawat generasi kelima F-35 buatan Amerika Serikat (AS) yang mencapai 82,5 juta dolar AS (sekitar Rp 1,3 triliun) sampai 102,1 juta dolar AS (sekitar Rp 1,6 triliun). Seperti dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, perkembangan produksi Su-75 sudah mencapai tahap akhir.

Produksi masal akan segera dilakukan pada 2026 untuk dipasarkan ke berbagai negara. Kepada agen berita Rusia. RIA Novosti, Deputi Direktur UAC Sergei Korotkov mengatakan, kini sudah banyak negara yant tertarik untuk mengakuisisi pesawat Su-75 Chekcmate. Di pasaran, Su-75 akan ditawarkan dalam dua varian, yakni kursi tuggal dan ganda.

Rusia memiliki dua produksi pesawat generasi kelima, yakni Su-57 dan su-75 Checkmate. Bedanya, Su-57 memakai dua mesin, sedangkan Su-75 memakai mesin tunggal. Meski begitu, Su-75 Checkmate bisa terbang sejauh 1.865 kilometer dengan ketinggian 54.100 kaki.

Su-75 juga bisa membawa 7,4 ton senjata. Secara harga, pesawat wiluman Su-75 memang menarik dan Indonesia bisa membelinya. Hanya saja, untuk membeli pesawat Rusia, Indonesia  perlu mempertimbangkan masak-masak.

Sebab, ada ancaman sanksi CAATSA dari Amerika Serikat. Itu pula yang membuat kontrak Indonesia dengan Rusia untuk akuisisi 11 Su-35 sementara ditangguhkan. Sedangkan pilihan kedua untuk memiliki pesawat generasi kelima adalah KAAN buatan Turki.

Hanya saja, kemungkinan KAAN akan dijual dengan harga berkisar 100 juta dolar AS (sekitar Rp 1,6 trilun). Memang masih lebih murah daripada F-35 buatan AS, namun harga itu sangat mahal buat Indonesia meski tetap bisa membelinya.

Bedanya, Indonesia memiliki keuntungan jika memilih KAAN. Sebab, Indonesia memiliki kerja sama pertahanan yang erat dengan Turki. Bahkan, sangat mungkin KAAN bisa diproduksi sebagian di PTDI, Bandung, sekaligus transfer teknologi.

Skema kerja sama seperti ini juga sedang dijajaki antara Turki dan Pakistan. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjalankan skema seperti ini, apalagi sebelumnya sudah melakukan kerja sama pertahanan lebih luas dengan Turki. Bahkan, KAAN akan membuka kantor cabang di Bandung, sebuah isyarat bahwa skema seperti ini bisa dijalankan di masa depan.

Dalam postingan di platform X (26/8/2924), Turkish Century melaporkan bahwa Turkish Aerospcase Industries (TAI) selaku produsen KAAN akan membuka kantor di Bandung, Indonesia.

Media Turki itu berspekulasi, pembukaan kantor KAAN di Bandung sebagai upaya kerja sama pertahanan dengan Indonesia dan kemungkinan ada skema pengembangan bersama pesawat KAAN di PTDI.

Kemitraan program pesawat tempur siluman KAAN kemungkinan akan dilaksanakan (di Indonesia)," tulis Turkish Century. Spekulasi itu bukan tanpa dasar, karena Indonesia sejak 2023 sudah menunjukkan niatnya untuk mendapatkan jet tempur KAAN. Menteri Pertahanan Indonesia saat itu, Prabowo Subianto, menyebutkan kemungkinan itu.

"Kita sedang menjajaki kerja sama dengan Turki untuk pengembangan jet tempur generasi kelima," katanya dalam kanal Youtube Garuda TV, 16 Juni 2023.

Tak hanya itu, Prabowo juga mengunjungi Turki pada Agustus 2024 untuk membicarakan kerja sama pertahanan.

"Kunjungan kerja Menhan Prabowo ke Turki menghasilkan beberapa komitmen kerja sama industri pertahanan, di antaranya joint development jet tempur generasi kelima, kapal perang fregat, dan helikopter," demikian unggahan Kementerian Pertahanan Indonesia lewat sosmed X, 22 Agustus 2024.

Kini, Prabowo Subianato adalah Presiden RI yang tenatu akan lebih mudah mengeksekusi kerja sama tersebut jika sudah memenuhi syarat. KAAN mungkin memang lebih mahal daripada Su-75.

Namun, jika Indonesia memiliki pesawat generasi kelima KAAN lewat kerja sama pengembangan jelas akan mendapat keuntungan banyak. Selain menjadi negara ASEAN kedua yang akan memiliki pesawat generasi kelima, setelah Singapura, Indonesia bisa menyerap transfer teknologi jet tempur canggih.

Skema kerja sama ini sudah terintis lewat berbagai pembicaraan pejabat kedua negara, bahkan termasuk pembukaan kantor TAI (produsen KAAN) di Bandung. Jika ini terealisasi, Indonesia akan akan semakin superior dalam pertahanan udara.

Setidaknya itu klaim CEO TAI, Temel Kotil, seperti dikutip Defence Security Asia, 15 Mei 2024. "KAAN lebih baik daripada F-35 karena berbagai faktor," katanya.

Turki mengembangkan KAAN sebagai pesawat generasi kelima setelah didepak AS dari proyek F-35 gegara membeli sistem pertahanan udara Rusia, S-400. Kini, KAAN jauh lebih berkembang dan siap menjadi pesaing pesawat generasi kelima yang selama ini hanya dimiliki AS, China, dan Rusia. ***

    Source: https://www.zonajakarta.com/nasional/67314443439/indonesia-punya-dua-pilihan-pesawat-generasi-kelima-salah-satunya-bisa-dikembangkan-di-bandung?page=4

    February 07th, 2025
    Perkuat Glorifikasi Informasi Industri Pertahanan, Defend ID Raker Komunikasi di PTDI

    February 07th, 2025
    Jadi Tuan Rumah Raker Komunikasi, PTDI Narasikan Glorifikasi Informasi

    February 04th, 2025
    Indonesia Punya Dua Pilihan Pesawat Generasi Kelima, Salah Satunya Bisa Dikembangkan di Bandung

    February 03rd, 2025
    PTDI Produsen CN235, NC212i & N219 Penetrasi Pasar MRO dan Penjualan Pesawat ke Amerika Latin Pakai Anak Perusahaannya IPTN North America

    February 03rd, 2025
    PTDI Inginkan Lisensi Produksi Rafale Beserta MRO di Indonesia, Mungkinkah Bisa Penuhi TKDN?

    February 03rd, 2025
    PTDI dan Anak Perusahaannya Matangkan Rencana Bisnis 2025

    Search News